Minggu, 02 Oktober 2011

Detak-detak sepatu lusuh

aku suka sekali.. saat pagi, ketika aku melangkahkan kakiku menyusuri gang sempit berdebu... berjalan menjauhi rumahku.. untuk mendapatkan angkotan umum yang akan mengantarkanku ke berbagai tempat yang akan menjadi temmanku dalam melewati hari demi hari. baik itu ke kampus maupun berbagai tempat lainnya.
aku suka sekali, saat anak-anak kecil itu berlarian keluar dari rumah mereka masing-masing kemudian mengulurkan tangan-tangan mungil mmereka, sekedar untuk mengucapkan selamat beraktivitas kepadaku.
dan aku suka sekali, saat sepatu lusuhku berdetak, mengiringi langkah kakiku. mmenyanyikan irama lagu yang mmembakar semangat pagiku. aku suka sekali. saat beberapa orang yang kutemui melemmparkan senyum mereka padaku.
aku suka sekali.. saat debu-debu pagi juga melayang mengantarkan langkah kakiku. menambah aksen lucah pada sepatuku.
aku suka sekali.

dan aku akan tetap suka, ketika matahari mulai condong ke barat, aku akan mulai menapaki lorong sempit berdebu itu... mencoba menebarkan senyumku, mengjawab sapa mmereka. dan terkadang tak jarang menegur ABG-ABG yang nyaris brantem ntah memperbutkan apa.
dan aku suka, saat anak-anak tadi pagi kembali meninggalkan aktivitas mereka, mengulurkan tangan mungil mereka. hanya untuk mengatakan selamat datang di rumah kemmbali. lalu mereka akan berebutan menceritakan apa saja yang mmereka alami hari ini.
ada aisyah, yang akan mengatakan bagaimana dia menjepit rambutnya, dan terlihat cantik dengan jepit rambut pemberianku. yang entah telah berapa lama aku berikan.
ada aldo,: yang akan berteriak memanggil teman-temannya untuk menyambutku ketika mendengar detak sepatuku menyusuri lorng sempit itu. aldo yang akan bercerita bagaimana dia tidak bermain kotor lagi hari ini.
lalu ada mas agif yang akan cerita: bagaimana dia yang pacaran sama lisa yang juga anak tetanggaku.
ada juga corie yang akan mengatakan apa saja yang dia suka tentang aku. kemudian menggantungkan tangan mungilnya di tanganku.
belum lagi sita yang menyambut aku dengan goyangan centilnya.
dan yang tidak pernah ketinggalan, adalah zahra yang akan langsung memintaku untuk menyuapinya makan. ketika detak sepatuku menyentuh lantai depan pintu rumahku.

yaah detak sepatu lusuhku, yang mengantarkanku, pada sebuah senyum. senyum yang selalu coba kutebarkan pada siapa saja. siapa saja yang kutemui di setiap waktu yang tersisa di hariku. detak sepatu yang masih setia mendampingi kaki mungilku untuk melakukan apapun yang bisa kulakukan.
yang bisa kulakukan untuk mmembuat anak-anak itu dan anak-anak yang lainnya tersenyum.
detak sepatu lusuh, yang menyanyikan lagu untuk mmendukungku. detak sepatu lusuh yang menyembunyikan diriku yang terluka. detak sepatu lusuh yang menghapus sisa airmataku semalam.
detak sepatu lusuh yang memmbuang semua rasa sepi yang ku simpan jauh di sudut terdalam hatiku.
detak sepatu lusuh yang mengajarkanku untuk belajar tulus. tulus menerima setiap takdir yang digariskan atasku.
detak sepatu lusuh yang samma... yang mamsih saja setia... meski aku tahu dia telah lelah menemaniku.

detak sepatu lusuhku yang masih mengantarkanku tegar dan kokoh.
detak sepatu lusuh yang kuharap tak pernah berhenti..

detak sepatu lusuh yang masih ingin kudengar..
meski aku bahkan tak pernah lagi dapat mendengar cerita anak-anak mungil di lorong sempit terlupakan ini.
dan detak-detak sepatu lusuh yang kuharap masih terdengar, meski aku sudah tak lagi punya jemari untuk menggenggam jari-jari mungil mereka.
detak sepatu lusuh yang tetap ada...
bahkan ketika aku.. bahkan tak mmampu lagi membawanya.. menyusuri lorong sempit berdebu ini..