Senin, 13 Juni 2011

STRESS dan KOMUNIKASI ORGANISASI


Oleh: Rosita Mulya Ningsi
11 Juni 2011
Setiap individu yang berproses di dalam kehidupan dan dunia ini akan bertemu dengan berbagai peristiwa. Proses menginterpretasi peristiwa tersebut kemudian akan menimbulkan berbagai persepsi dari orang yang mengalami maupun menyaksikan peristiwa tersebut. Cara seseorang mempersepsikan peristiwa tersebut selanjutnya akan mempengaruhi sikap maupun prilaku mengenai hal tersebut.
Begitupun halnya dalam kehidupan berorganisasi, ada berbagai peristiwa yang berlangsung secara terus menerus di dalam sebuah organisasi. Tidak perduli seberapa besar dan kecilnya organisasi tersebut. Berbagai peristiwa mungkin saja terjadi. Anggota organisasi yang malas mengikuti kegiatan maupun aktivitas organisasi, anggota yang terlalu bersemangat. Anggota yang mau menang sendiri. Pimpinan organisasi yang tidak komunikatif, otoriter dan lain-lain adalah serangkaian peristiwa yang saya invetarisisr sendiri dari pengalaman teman-teman saya yang menceritakan kehidupan dan keluhannya sebagai pengelola maupun anggota sebuah organisasi.
Peristiwa-peristiwa tersebut kemudian jika tidak di sikapi dengan positif maka hal tersebut akan memicu stres, bagi para anggota organisasi. Ketika anggota organisasi menjadi stres maka akan mempengaruhi kualitas kinerja anggota tersebut. Dengan demikian kondisi stres tersebut juga akan mempengaruhi produktivitas dan kualitas sebuah organisasi.
Sebelum kita bahas lebih jauh, ada baiknya kita melihat terlebih dahulu, apa yang di maksud dengan stres tersebut, bagaimana stres itu terjadi dan bagaimana cara mengatasinya. Prof. Dedy Mulyana, M.A PH.D dalam bukunya komunikasi  organisasi, mendefenisikan bahwa stres adalah :
Penderitaan jasmani, mental, atau emosional yang berakibtkan interpretasi atas suatu peristiwa sebagai ancaman bagi agenda pribadi individu
Atau dengan kata lain stres adalah kondisi seseorang yang merasa tidak nyaman atau mengalami penderitaan baik secara fisik, psikologis, maupun emosional yang diakibatkan oleh cara pandang seseorang terhadap suatu peristiwa yang dihadapinya.
Mengapa stres bisa terjadi? Seorang pemikir yunani bernama epictetus mengatakan bahwa “manusia bukan terganggu karena sesuatu, melainkan karena cara memandangnya” filosofi tersebut mencoba menjelaskan bagaimana seseorang dapat mengalami stres. Bahwa sebenarnya apapun masalah itu tidak akan pernah mengganggu seseorang kecuali ketika seseorang tersebut merasa bahwa masalh tersebut akan mengganggunya. Dengan kata lain bahwa stres adalah sebuah konsekuensi dari proses interpretasi seseorang terhadap suatu peristiwa. Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada gambar berikut :
 



Gambar: 1.1
Dalam gambar di atas kita bisa melihat gambaran bagaimana kemudian setiap peristiwa yang dialami seseorang kemudian akan menimbulkan sebuah konsekuensi tersendiri. Bagaimana konsekuensi itu akan muncul maka itu bergantung pada bagaimana seseorang memandang setiap peristiwa. Dan stres adalah salah sastu konsekuensi negatif yang dialami seseorang ketika interpretas yang dilakukan seseorang terhadap suatu masalah secara negatif pula.
Mari kita perhatikan kembali gambar berikut ini :
 




Gambar : 1.2

Gambar di atas mencoba menunjukkan kepada kita bahwa sebuah peristiwa akan menyebabkan konsekuensi yang negatif pula jika kita menginterpretasikannya secara negatif. Apapun persoalannya bagaimana kemudian kita mampu melihat sebuah persoalan itu dengan cara yang positif, sehingga kemudian sikap yang muncul akan menjadi positif pula. Sikap yang positif tentunya akan menimbulkan tindaka yang positif dan hasil yang positif pula.
Begitu pula halnya dengan persoalan yang terjadi di dalam sebuah organisasi, terkadang kita seringkali terjebak dalam keadaan dimana kita merasa sangat lemah, kita merasa sendiri. Tidak ada orang yang akan membantu kita. Dan kita benar-benar tidak dapat berbuat apa-apa. Dari 10 orang yang saya temui dan mengalami hal tersebut 7 diantaranya memilih untuk menyerah dan meninggalkan organisasi tersebut sebagai upaya menyelesaikan masalah dan bentuk protes atas kekecewaannya terhadap kondisi yang dihadapinya.
Sedangkan 2 orang lainnya memilih untuk diam saja tidak mau mabil pusing dan membiarkan saja semuanya mengalir seperti itu. Tanpa mencoba mengambil tindakan apapun. Sedangkan 1 orang lainnya kita sebut saja si-A mencoba untuk memikirkan bagaimana caranya menyelesaikan permasalahan tersebut. Akan tetapi dia kemudian bingung dan semakin stres karena tidak ada satu orangpun yang membantunya. Sehingga yang dapat dia lakukan akhirnya adalah mengeluh dan menyalahkan keadaan.
Mengapa hal seperti itu bisa terjadi? Permasalahannya adalah di persoalan komunikasi, kalau kita coba invetaris kembali ada 8 orang yang sangat perduli pada organisasi tersebut. Akan tetapi ke - 8 orang tersebut sibuk dengan persepsi mereka masing-masing. Menginterpretasikan setiap peristiwa dengan cara mereka masing-masing, sehingga kemudian terjebak pada konsekuensi masing-masing. Saling menyalahkan, mempertahankan ego dan sama-sama tidak melakukan apa-apa.
Di sinilah pentingnya fungsi kemunikasi di dalam sebuah organisasi, bagaimana kemudian masing-masing dari setiap individu yang merasa punya kepentingan. Yang merasakan ada persoalan mampu mengkomunikasikan setiap persoalan, setiap masalah yang ada di dalam dirinya untuk kemudian di temuka upaya penyelesaian bersama.
Dari ke-10 orang tadi, setelah merasa jenuh dengan kesendiriannya, si-A dengan dorongan dari beberapa orang yang dipercayainya kemudian mencoba menemui salah satu anggota organisasi yang paling dekat dengannya. Kemudian mencoba kembali membangun komunikasi, mencoba menginventarisir persoalan  dan persepsi teman-temannya mengenai kondisi organisasi mereka. Hingga seluruh anggota kemudian berani menuliskan perasaan mereka, kekecewaan mereka di atas sebuah kertas yang kemudian di kumpulkan kepada si-A untuk di cermati dan diskusikan secara bersama-sama pula.
Dari proses diskusi itu kemudian masing-masing individu menyadari akan tanggungjawabnya sebagai bagian dari organisasi tersebut. Masing-masing menyadari bahwa kondisi organisasi tersebut menjadi seperti itu. Tidak serta merta karena salah keadaan atau salah satu orang saja. Akan tetapi adalah merupakan permasalahan bersama yang harus di selesaikan secara bersama-sama pula. Sehingga kemudian lahir kesepakatn untuk membangun kembali organisasi itu secara bersama-sama. Memulai semuanya dari awal dan melaksanakan aktivitas-aktivitas yang menjadi indikator eksistensi sebuah organisasi.
Dari narasi di atas dapat kita lihat, betapa besarnya peran komunikasi dalam organisasi dalam upaya menyelesaikan berbagai persoalan di dalam organisasi sehingga kemudian setiap persoalan dapat diselesaikan dengan baik, da tidak berlarut-larut. Don dan wayne dalam bukunya organisation comunication mengatakan memperbaki komunikasi organisasi berarti memperbaiki organisasi. secara umum pandangan tersebut kemudian menyarankn hal-hal berikut :
1.      Terdapat unsur-unsur universal yang membentuk suatu organisasi ideal.
2.      Unsur-unsur universal ini dapat ditemukan dan digunakan untuk mengubah suatu organisasi.
3.      Unsur-unsur ini dan cara unsur-unsur ini di gunakan “menyebabkan” atau setidaknya memproduksi hasil.
4.      Organisasi yang berfungsi baik mengandung campuran yang pas dan menggunakan unsur-unsur ini.
5.      Unsur-unsur ini berkaitan dengan hasil organisasi yang diharapkan.
6.      Komunikasi adalah satu dari unsur organisasi.

Pendekatan tersebut mengisyaratkan bahwa terdapat gagasan yang dapat digeneralisasikan untuk memperoleh hasil yang di inginkan.  Dalam proses ini, tujuan utama dari mempelajari komunikasi dan mempraktekkannya adalah untuk memperbaiki organisasi. memperbaiki organisasi biasa juga di defenisikan sebagai upaya untuk memperbaiki hal-hal yang berkaitan dengan tujuan manajemn. Atau dengan kata lain mempelajari komunikasi organisasi organisasi untuk menjadi manajer yang lebih baik (dedy mulyana)
Sebagain penulis berpendapat bahwa manajemen adalah komunikasi (D’Aprix 1982). Di dalam sebuah organisasi hal tersebut benar. Bahwa proses manajerial sebuah organisasi adlah proses komunikasi itu sendiri. Baik itu dalam memanajemen program, konflik dan lain-lain. Kesemua bagian, aktifitas dan bentuk manajerial tersebut adalah proses komunikasi.
Seorang organisatoris akan mampu melihat setiap persoalan di dalam organisasi dengan cara yang positif yang kemudian membuat dia mampu mengajak teman-temannya untuk mendesain sesuatu yang positif pula untuk memperbaiki organisasi tersebut.
Untuk mengetahui, seberapa organisatorisnya anda. Marilah kita coba ikuti permainan berikut ini:

Part 1:
Seandainya anda di minta memilih, anda akan menjadi apa ? biji kopi, telur, atau wortel (secara jujur pilih salah satu)

1.      Ambil, satu buah telur ayam, satu buah wortel, dan satu sendok biji kopi yang sudah dihaluskan.
2.      3 wajan, isi ½ liter air panaskan hingga mendidih.
3.      Masukkan biji telur, ke wajan 1. Wortel ke wajan 2. Dan biji kopi ke wajan 3.
4.      Biarkan hingga 15 menit. Lihat apa yang akan terjadi pada wortel. Biji kopi, dan telur setelahnya.

Part 2:
1.      Di panci pertama, telur yang tadinya keras diluar dan lunak di dalam. Menjadi beku dan keras.
2.      Wortel yag ketika masuk, begitu keras, menjadi lembek dan lunak. Lalu bagaimana dengan biji kopi.
3.      Biji kopi tidak berubah apa-apa. dia tetap pada bentuk semula, hanya air yang mendidih tadi kini sudah berwarna hitam.
Ingat seperti apakah anda? Seperti telur? Wortel? Atau biji kopi.
1.      Apakah anda seperti telur? Telur yang tadinya datang dengan hati yang lembut, jiwa yang penuh dengan keikhlasan untuk membangun. Akan tetapi kalah dengan keadaan. Dia menjadi keras karena air yang mendidih. Keluar dengan penuh kebencian dan amarah. Menyalahkan semua orang dan menjadi dendam dan penuh amarah. Untuk menjadi seseorang janganlah menjadi seperti telur!!
2.      Atau anda adalah sebuah wortel? Wortel yag datang dengan semangat membaja. Bermimpi untuk membangun. tapi anda kalah oleh keadaan. Anda lemah dan lembek oleh air yang mendidih. Anda menjadi lemah dan kalah. Anda menyerah dan tidak dapat melakukan apa-apa. sekali lagi, jangan menjadi wortel.
3.      Lalu bagaimana dengan biji kopi, biji kopi memag larut bersama air. Tapi itu tidak merubahnya. Akan tetapi dialah yang mengubah air. Air yag tadinya bening menjadi berwarna hitam dan mengeluarkan aroma kopi yang menggoda. Jadilah seperti biji kopi. Anda mungkin bukan siapa-siapa, anda mungkin hanya serbuk-serbuk hitam. Akan tetapi yakinkan diri anda. Bahwa anda bisa mengubah keadaan menjadi lebih baik. Anda mampu membuat semuanya menjadi lebih bermakna. Tanpa anda harus kehilangan jati diri anda. Lihat saja biji kopi, ketika airnya kita keringkan maka kita akan melihat biji-biji kopi yang tertinggal diwadah tersebut.
Sebelum saya benar-benar menutup tulisan ini, saya ingin kembali menegaskan, bahwa apapun yang terjadi mari kita yakinkan diri kita bahwa tidak ada satu persoalanpun yang tidak dapat kita selesaikan. Pasti ada hal positif di dalam setiap peristiwa. Hanya bagaimana kita memunculkan sesuatu yang positif tersebut untuk kemudian kita olah menghasilkan sesuatu yang positif. 




1 komentar:

  1. stres adalah bagaimana kita yang menyimpulkan diri dan pikiran ini menerima untuk menjadi stres atau tidak. yup! semua tergantung pada pengendalian pemikiran kita..
    yang menentukan ingin menjadi berwarna, tak berwarna, mewarnai atau abu-abu pun adalah pemikiran kita sendiri..
    jgan menyatakan diri hebat bila untuk mengendalikan diri saja kita klah..
    kita yang mengendalikan pemikiran, bukan kita yang di kendalikan pikiran..
    :)

    BalasHapus

diharapkan komentar yang membangun, tidak mengandung kekerasan berbasis syara' dan gender.